Selasa, 02 April 2013

MASA BAYI (SOSIO, KOGNITIF)


 Bab I
PENDAHULUAN

1.1     Latar Belakang Masalah

   Latar belakang penulis dalam mengerjakan makalah ini ialah untuk mengetahui lebih jelas tentang Perkembangan Psikologi dari proses awal hidup sampai menuju kematian, khususnya untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan. Selain itu makalah ini dibuat sebagai acuan  untuk memperluas wawasan mahasiswa.
Perkembangan merupakan proses yang tidak akan  pernah berhenti. Manusia secara terus menerus berkembang/ berubah kearah yang dipengaruhi oleh pengalaman. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi. Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, intelegensi, maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami beri judul “ MASA PRA KELAHIRAN (PERKEMBANGAN BAYI)”







1.2     Maksud dan Tujuan Penulisan

 Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a.    Melatih mahasiswa mengembangkan bahan ajar melalui karya tulis.
b.   Mendidik mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak tentang materi yang
    dijelaskan.
c.   Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami perkembangan pada bayi.


1.3     Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :

1.      Apa itu masa bayi?
2.      Apa saja aspek perkembangan masa bayi?
3.      Apa saja masalah perkembangan bayi?
4.      Bagaimana peran lingkungan terhadap perkembangan bayi?










BAB II

PEMBAHASAN

2.1      pengertian masa bayi
            Selama dalam kandungan bayi telah melewati berbagai proses perkembangan janin. Setelah lahir, proses perkembangan masih tetap berlanjut. Seorang bayi mengalami perkembangan pada otak dan fisiknya dengan pesat selama kurang lebih 2 tahun.
        Masa bayi dianggap sebagai masa dasar, dasar dari periode kehidupan yang sesungguhnya. Dikatakan demikian karena pada masa ini banyak pola perilaku, sikap dan ppola ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dari mulai 0-2 tahun.  Pada masa ini juga merupakan masa diberikannya ASI (air susu ibu).
2.2   aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi
          Berikut ini merupakan kategori aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi :
1.    Fisik
Pada masa bayi perkembangan fisik secara jelas dapat diamati, pada enam bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi. Selama tahun kedua terjadi penurunan. Selain itu yang berkembang adalah proporsi, tulang, otot dan lemak, bangun tubuh, gigi, susunan syaraf dan organ perasa.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik
1.    Refleksi bayi: mengisap, mencari, mengejutkan
2.    Urutan pertumbuhan: kepala ke bawah, bagian tengah tubuh menuju kaki dan tangan
3.    Tinggi dan berat,  keterampilan motorik
4.    Otak, sensor dan persepsi
5.    Gizi dan pelatihan buang air.
Perkembangan optimal fisik bayi
1.    Sentuhan, kontak langsung dan mainan berwarna terang
2.    Pelajaran berenang: keracunan air menurunkan garam dalam darah, otak bengkak, pingsan, koma dan serangan jantung.
3.    Kegiatan olahraga sesuai dengan usia bayi.

2.    Psikologis
       Secara psikologis pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan kebiasaan-kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang berarti bagi dirinya. Mulai merasakan sentuhan “touching oleh orang-orang tertentu. Menurut piaget anak sampai dengan umur 2 tahun belum Nampak adanya mediasi dalam arti “aktivitas piker yang inten”. Semua tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal yang diterima secara sensori dan suatu reaksi yang motorik saja. Oleh karena itu piaget membedakan 2 tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu sensori motor (0-2 thn) dan tahap konseptual (>2 thn).

3.    Motorik
       Perkembangan masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi spontan yang berulang dilakukan dan tidak dikoordinir. Namun lama kelamaan terjadi secara efektif. Hal ini terlihat pada merangkak, berjalan dan memainkan benda-benda. Perkembangan motorik terlihat adanya arah.

4.    Perkembangan bicara
       Sebelum mampu berbicara bayi terlebih dahulu dapat mengerti apa yang dikatakan tanpa dapat bereaksi dengan kata hanya dengan ekspresi dan gerakan. Oleh karena itu mimik dan ekspresi bayi juga dapat dimengerti setelah usia 3 bulan. Menurut Terman dan Merril rata-rata bayi dapat bereaksi terhadap perintah-perintah pada usia kurang lebih 2 tahun. Rata-rata bayi belajar menyampaikan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pada usia tahun-tahun pertama yang disebut dengan komunikasi pra bicara. Bentuk-bentuk pra bicara tersebut adalah menangis, berceloteh, isyarat ungkapan-ungkapan emosi.

5.    Perkembangan emosi
       Pada bayi terdapat pola emosi tertentu yang bersifatumum seperti kemarahan (menjerit, meronta menendang, mengibaskan tangan, memukul), ketakutan (takut terhadap ruang gelap, tempat tinggi, binatang dan lain-lain), rasa ingin tahu tentang mainan baru, menjulurkan lidah, membuka mulut, memegang melempar, membolak-balik), kegembiraan (tersenyum, tertawa, mengeerakan lengan serta kakinya), afeksi 9memeluk mainan kesayangannya, mencium kesayangannya).

6.    Perkembangan kognitif
Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti dengan benda dan orang-orang. Piaget menamakan tahap perkembangan ini tahap ‘sensomotorik’ dalam perkembangan konsep. Pada akhir masa perkembangan ini bayi mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan ‘siapa’ ‘apa’ dan ‘dimana’.
Perkembangan Kognitif Bayi
a.    Tahap sensori-motorik (Teori Piaget). Tahap ini berlangsung dari lahir hingga kira-kira usia 2 tahun dan meliputi kemajuan dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi yang ia terima melalui gerakan-gerakan fisik. Tahap ini memiliki enam subtahap: refleks sederhana, kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer, reaksi sirkuler sekunder (Reproduksi kejadian yang menarik), koordinasi reaksi sirkuler sekunder, reaksi sirkuler tersier keingintahuan akan sesuatu yang baru, dan internalisasi skema. Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
b.    Periode 1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan). Periode paling awal tahap sensorimotor adalah periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1 bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan, tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
c.    Periode 2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan). Pada periode perkembangan ini, bayi mulai membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan suatu tahap penting untuk menumbuhkan  konsep benda.
d.    Periode 3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan). Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu “pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
e.    Periode 4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan). Pada periode ini, seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
f.     Periode 5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan). Unsur pokok pada perode ini adalah mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini, anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu dapat dilihat secara serentak.
g.    Periode Refresentasi (umur 18 – 24 bulan). Periode ini adalah periode terakhir pada tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif. Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian, dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila benda itu tidak kelihatan lagi.

7.    Perkembangan moral
Bayi belum memiliki nilai dan suara hati. Lambat laun bayi mempelajari kode moral dan orang tuanya dan orang-orang yang ada di dekatnya. Bayi menilai benar atau salah satu perbuatan berdasarkan kesakitan atau kesenanngan yang didapatkannya.

8.    Perkembangan Sensoris dan Persepsi pada Masa bayi
1.          Sensasi dan Persepsi
Ketika informasi melakukan kontak dengan penerimaan sensor – mata, telinga, lidah, hidung, kulit – sensasi terjadi. Persepsi adalah interpretasi apa yang dirasakan.
2.          Persepsi Visual
a.            Dunia visual bayi yang baru lahir
Pernyataan William James yang mengatakan bahwa persepsi visual bayi merupakan suatu kebingungan yang luar biasa adalah tidak benar. Persepsi bayi yang baru lahir lebih maju dari yang kita pikirkan sebelumnya.

b.            Pemahaman visual
Penelitian Fantz – yang memperlihtkan bahwa bayi lebih senang pada pola bergaris daripada potongan benda/piringan berwarna cerah – memperlihatkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki pemahaman visual.

c.            Kualitas penglihatan
Penglihatan bayi yang baru lahir kira-kira 20/600 pada bagan Snellen; pada usia 6 bulan, penglihatan meningkat hingga sekurang-kurangnya 20/100 pada skala yang sama.

d.            Wajah manusia
Wajah ialah suatu pola visual yang penting bagi bayi yang baru lahir. Bayi secara berangsur-angsur menguasai suatu urutan langkah dalam mempersepsi wajah manusia.

e.            Persepsi kedalaman
Suatu studi klasik oleh Gibson dan Walk (1960) memperlihatkan bahwa melalui penggunaan suatu jurang visual, bayi berusia 6 bulan ternyata dapat mempersepsi kedalaman.

2.3   masalah-masalah dalam periode bayi
          Masalah-masalah yang dapat membahayakan secara fisik dan perlu menjadi perhatian  orang tua dan lingkungannya adalah : kematian, penyakit, kecelakaan, kurang gizi, menjadi gemuk (obesitas).
        Masalah-masalah yang berhubungan dengan psikologis perkembangan motorik, bahaya dalam berbicara dan bahaya emosi (kurangnya kasih saying, tekanan serta takut dan marah, kasih saying yang berlebihan serta emosi  yang kuat) dan bahaya social serta bahaya bermain, pengertian, moralitas, hubungan keluarga dan perkembangan kepribadian.

2.4   peran lingkungan terhadap perkembangan bayi
          Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, belum dapat makan tetapi baru punya reflek menghisap dan menelan. Sebagaimana terlihat pada aspek-aspek perkembangan, tampak bahwa peranan lingkungan sangat penting sekali.
        Keluarga adalah lingkungan  yang pertama dan utama yang dapat diharapkan :
1.    Memberikan rangsangan agar sensormotoriknya dapat bereaksi.
2.    Memperhatikan kesehatan dan gizi karena bayi belum dapat menolong diri sendiri.
3.    Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembanganya kemampuan bicara.
4.    Memberikan model tentang konsep moral dan nilai yang benar dan salah.
5.    Memberikan pujian atas  kemajuan yang mereka capai.
6.    Memberikan kebiasaan main yang konstruktif.


 BAB III

PENUTUP

3.1      Kesimpulan
        Masa bayi merupakan masa yang paling rentan dalam pertumbuhan, dan merupakan bagian penting dari perkembangan manusia. Selama dalam kandungan bayi telah melewati berbagai proses perkembangan janin. Setelah lahir, proses perkembangan masih tetap berlanjut. Seorang bayi mengalami perkembangan pada otak dan fisiknya dengan pesat selama kurang lebih 2 tahun. Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, belum dapat makan tetapi baru punya reflek menghisap dan menelan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar