Bab I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Latar belakang penulis dalam
mengerjakan makalah ini ialah
untuk mengetahui lebih jelas tentang Perkembangan Psikologi dari proses awal
hidup sampai menuju kematian, khususnya untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Psikologi Perkembangan. Selain itu makalah ini dibuat sebagai acuan
untuk memperluas wawasan mahasiswa.
Perkembangan merupakan
proses yang tidak
akan pernah
berhenti. Manusia secara terus menerus
berkembang/ berubah kearah yang dipengaruhi oleh pengalaman. Semua
aspek perkembangan saling mempengaruhi.
Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik,
emosi, intelegensi, maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi.
Setiap tahap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya
yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
Berangkat
dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami
beri judul “ MASA PRA KELAHIRAN (PERKEMBANGAN BAYI)”
1.2
Maksud dan Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
a. Melatih
mahasiswa mengembangkan bahan ajar melalui karya tulis.
b. Mendidik
mahasiswa untuk mengetahui lebih banyak tentang materi yang
dijelaskan.
c.
Agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami perkembangan pada bayi.
1.3
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang kami angkat dalam makalah ini adalah :
1.
Apa itu masa bayi?
2.
Apa saja aspek
perkembangan masa bayi?
3.
Apa saja masalah
perkembangan bayi?
4.
Bagaimana peran
lingkungan terhadap perkembangan bayi?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 pengertian masa bayi
Selama dalam kandungan bayi telah melewati berbagai proses
perkembangan janin. Setelah lahir, proses perkembangan masih tetap berlanjut.
Seorang bayi mengalami perkembangan pada otak dan fisiknya dengan pesat selama
kurang lebih 2 tahun.
Masa bayi
dianggap sebagai masa dasar, dasar dari periode kehidupan yang sesungguhnya.
Dikatakan demikian karena pada masa ini banyak pola perilaku, sikap dan ppola
ekspresi emosi terbentuk. Masa bayi berlangsung dari mulai 0-2 tahun. Pada masa ini juga merupakan masa
diberikannya ASI (air susu ibu).
2.2 aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi
Berikut ini merupakan kategori
aspek-aspek yang berkembang pada masa bayi :
1. Fisik
Pada masa bayi perkembangan fisik secara jelas dapat
diamati, pada enam bulan pertumbuhannya terus bertambah dengan pesat. Tahun
pertama peningkatan lebih kepada berat dan tinggi. Selama tahun kedua terjadi
penurunan. Selain itu yang berkembang adalah proporsi, tulang, otot dan lemak,
bangun tubuh, gigi, susunan syaraf dan organ perasa.
Pertumbuhan
dan perkembangan fisik
1. Refleksi bayi: mengisap, mencari, mengejutkan
2. Urutan pertumbuhan: kepala ke bawah, bagian tengah
tubuh menuju kaki dan tangan
3. Tinggi dan berat,
keterampilan motorik
4. Otak, sensor dan persepsi
5. Gizi dan pelatihan buang air.
Perkembangan
optimal fisik bayi
1. Sentuhan, kontak langsung dan mainan berwarna terang
2. Pelajaran berenang: keracunan air menurunkan garam
dalam darah, otak bengkak, pingsan, koma dan serangan jantung.
3. Kegiatan olahraga sesuai dengan usia bayi.
2. Psikologis
Secara
psikologis pada masa bayi terjadi pembentukan pola-pola fundamentalis dan
kebiasaan-kebiasaan mengenali wajah orang-orang yang berarti bagi dirinya.
Mulai merasakan sentuhan “touching oleh orang-orang tertentu. Menurut piaget
anak sampai dengan umur 2 tahun belum Nampak adanya mediasi dalam arti
“aktivitas piker yang inten”. Semua tingkah laku anak harus dipikir sebagai hal
yang diterima secara sensori dan suatu reaksi yang motorik saja. Oleh karena
itu piaget membedakan 2 tahap perkembangan intelegensi pada manusia yaitu
sensori motor (0-2 thn) dan tahap konseptual (>2 thn).
3. Motorik
Perkembangan
masa bayi pada aspek motorik ini dapat diamati dan terlihat reaksi-reaksi
spontan yang berulang dilakukan dan tidak dikoordinir. Namun lama kelamaan
terjadi secara efektif. Hal ini terlihat pada merangkak, berjalan dan memainkan
benda-benda. Perkembangan motorik terlihat adanya arah.
4. Perkembangan bicara
Sebelum
mampu berbicara bayi terlebih dahulu dapat mengerti apa yang dikatakan tanpa
dapat bereaksi dengan kata hanya dengan ekspresi dan gerakan. Oleh karena itu
mimik dan ekspresi bayi juga dapat dimengerti setelah usia 3 bulan. Menurut
Terman dan Merril rata-rata bayi dapat bereaksi terhadap perintah-perintah pada
usia kurang lebih 2 tahun. Rata-rata bayi belajar menyampaikan
kebutuhan-kebutuhan dan keinginan pada usia tahun-tahun pertama yang disebut
dengan komunikasi pra bicara. Bentuk-bentuk pra bicara tersebut adalah
menangis, berceloteh, isyarat ungkapan-ungkapan emosi.
5. Perkembangan emosi
Pada bayi
terdapat pola emosi tertentu yang bersifatumum seperti kemarahan (menjerit,
meronta menendang, mengibaskan tangan, memukul), ketakutan (takut terhadap
ruang gelap, tempat tinggi, binatang dan lain-lain), rasa ingin tahu tentang
mainan baru, menjulurkan lidah, membuka mulut, memegang melempar,
membolak-balik), kegembiraan (tersenyum, tertawa, mengeerakan lengan serta
kakinya), afeksi 9memeluk mainan kesayangannya, mencium kesayangannya).
6. Perkembangan kognitif
Perkembangan konsep merupakan hasil asosiasi dari arti
dengan benda dan orang-orang. Piaget menamakan tahap perkembangan ini tahap
‘sensomotorik’ dalam perkembangan konsep. Pada akhir masa perkembangan ini bayi
mulai menyusun kata-kata menjadi kalimat sederhana yang dimulai dengan ‘siapa’
‘apa’ dan ‘dimana’.
Perkembangan Kognitif Bayi
a. Tahap
sensori-motorik (Teori Piaget). Tahap ini berlangsung dari lahir hingga
kira-kira usia 2 tahun dan meliputi kemajuan dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi yang ia terima melalui
gerakan-gerakan fisik. Tahap ini memiliki enam subtahap: refleks sederhana,
kebiasaan pertama dan reaksi sirkuler primer, reaksi sirkuler sekunder
(Reproduksi kejadian yang menarik), koordinasi reaksi sirkuler sekunder, reaksi
sirkuler tersier keingintahuan akan sesuatu yang baru, dan internalisasi skema.
Piaget membagi tahap sensorimotor dalam enam periode, yaitu:
b. Periode
1 : Refleks (umur 0 – 1 bulan). Periode paling awal tahap sensorimotor adalah
periode refleks. Ini berkembang sejak bayi lahir sampai sekitar berumur 1
bulan. Pada periode ini, tingkah laku bayi kebanyak bersifat refleks, spontan,
tidak disengaja, dan tidak terbedakan. Tindakan seorang bayi didasarkan pada
adanya rangsangan dari luar yang ditanggapi secara refleks.
c. Periode
2 : Kebiasaan (umur 1 – 4 bulan). Pada periode perkembangan ini, bayi mulai
membentuk kebiasan-kebiasaan pertama. Kebiasaan dibuat dengan mencoba-coba dan
mengulang-ngulang suatu tindakan. Refleks-refleks yang dibuat diasimilasikan
dengan skema yang telah dimiliki dan menjadi semacam kebiasaan, terlebih dari
refleks tersebut menghasilkan sesuatu. Pada periode ini, seorang bayi mulai
membedakan benda-benda di dekatnya. Ia mulai mengaakan diferensiasi akan
macam-macam benda yang dipegangnya. Pada periode ini pula, koordinasi tindakan
bayi mulai berkembang dengan penggunaan mata dan telinga. Bayi mulai mengikuti
benda yang bergerak dengan matanya. Ia juga mulai menggerakkan kepala kesumber
suara yang ia dengar. Suara dan penglihatan bekerja bersama. Ini merupakan
suatu tahap penting untuk menumbuhkan konsep benda.
d. Periode
3 : Reproduksi kejadian yang menarik (umur 4 – 8 bulan). Pada periode ini,
seorang bayi mulai menjamah dan memanipulasi objek apapun yang ada di
sekitarnya (Piaget dan Inhelder 1969). Tingkah laku bayi semakin berorientasi
pada objek dan kejadian di luar tubuhnya sendiri. Ia menunjukkan koordinasi
antara penglihatan dan rasa jamah. Pada periode ini, seorang bayi juga
menciptakan kembali kejadian-kejadian yang menarik baginya. Ia mencoba
menghadirkan dan mengulang kembali peristiwa yang menyenangkan diri (reaksi
sirkuler sekunder). Piaget mengamati bahwa bila seorang anak dihadapkan pada
sebuah benda yang dikenal, seringkali hanya menunjukkan reaksi singkat dan
tidak mau memperhatikan agak lama. Oleh Piaget, ini diartikan sebagai suatu
“pengiaan” akan arti benda itu seakan ia mengetahuinya.
e. Periode
4 : Koordinasi Skemata (umur 8 – 12 bulan). Pada periode ini, seorang bayi
mulai membedakan antara sarana dan hasil tindakannya. Ia sudah mulai
menggunakan sarana untuk mencapai suatu hasil. Sarana-sarana yang digunakan
untuk mencapai tujuan atau hasil diperoleh dari koordinasi skema-skema yang
telah ia ketahui. Bayi mulai mempunyai kemampuan untuk menyatukan tingkah laku
yang sebelumnya telah diperoleh untuk mencapai tujuan tertentu. Pada periode
ini, seorang bayi mulai membentuk konsep tentang tetapnya (permanensi) suatu
benda. Dari kenyataan bahwa dari seorang bayi dapat mencari benda yang
tersembunyi, tampak bahwa ini mulai mempunyaikonsep tentang ruang.
f. Periode
5 : Eksperimen (umur 12 – 18 bulan). Unsur pokok pada perode ini adalah
mulainya anak memperkembangkan cara-cara baru untuk mencapai tujuan dengan cara
mencoba-coba (eksperimen) bila dihadapkan pada suatu persoalan yang tidak
dipecahkan dengan skema yang ada, anak akan mulai mecoba-coba dengan Trial and
Error untuk menemukan cara yang baru guna memecahkan persoalan tersebut atau
dengan kata lain ia mencoba mengembangkan skema yang baru. Pada periode ini,
anak lebih mengamati benda-benda disekitarnya dan mengamati bagaimana
benda-benda di sekitarnya bertingkah laku dalam situasi yang baru. Menurut
Piaget, tingkah anak ini menjadi intelegensi sewaktu ia menemukan kemampuan
untuk memecahkan persoalan yang baru. Pada periode ini pula, konsep anak akan
benda mulai maju dan lengkap. Tentang keruangan anak mulai mempertimbangkan
organisasi perpindahan benda-benda secara menyeluruh bila benda-benda itu
dapat dilihat secara serentak.
g. Periode
Refresentasi (umur 18 – 24 bulan). Periode ini adalah periode terakhir pada
tahap intelegensi sensorimotor. Seorang anak sudah mulai dapat menemukan
cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal, tetap
juga dengan koordinasi internal dalam gambarannya. Pada periode ini, anak
berpindah dari periode intelegensi sensori motor ke intelegensi refresentatif.
Secara mental, seorang anak mulai dapat menggambarkan suatu benda dan kejadian,
dan dapat menyelesaikan suatu persoalan dengan gambaran tersebut. Konsep benda
pada tahap ini sudah maju, refresentasi ini membiarkan anak untuk mencari dan
menemukan objek-objek yang tersembunyi. Sedangkan konsep keruangan, anak mulai
sadar akan gerakan suatu benda sehingga dapat mencarinya secara masuk akal bila
benda itu tidak kelihatan lagi.
7. Perkembangan moral
Bayi belum memiliki nilai dan suara hati. Lambat laun
bayi mempelajari kode moral dan orang tuanya dan orang-orang yang ada di
dekatnya. Bayi menilai benar atau salah satu perbuatan berdasarkan kesakitan
atau kesenanngan yang didapatkannya.
8. Perkembangan
Sensoris dan Persepsi pada Masa bayi
1.
Sensasi dan Persepsi
Ketika
informasi melakukan kontak dengan penerimaan sensor – mata, telinga, lidah,
hidung, kulit – sensasi terjadi. Persepsi adalah interpretasi apa yang
dirasakan.
2.
Persepsi Visual
a.
Dunia visual bayi yang baru
lahir
Pernyataan
William James yang mengatakan bahwa persepsi visual bayi merupakan suatu
kebingungan yang luar biasa adalah tidak benar. Persepsi bayi yang baru lahir
lebih maju dari yang kita pikirkan sebelumnya.
b.
Pemahaman visual
Penelitian Fantz – yang memperlihtkan bahwa bayi lebih
senang pada pola bergaris daripada potongan benda/piringan berwarna cerah –
memperlihatkan bahwa bayi yang baru lahir memiliki pemahaman visual.
c.
Kualitas penglihatan
Penglihatan bayi yang baru lahir kira-kira 20/600 pada
bagan Snellen; pada usia 6 bulan, penglihatan meningkat hingga
sekurang-kurangnya 20/100 pada skala yang sama.
d.
Wajah manusia
Wajah ialah suatu pola visual yang penting bagi bayi
yang baru lahir. Bayi secara berangsur-angsur menguasai suatu urutan langkah
dalam mempersepsi wajah manusia.
e.
Persepsi kedalaman
Suatu
studi klasik oleh Gibson dan Walk (1960) memperlihatkan bahwa melalui
penggunaan suatu jurang visual, bayi berusia 6 bulan ternyata dapat mempersepsi
kedalaman.
2.3 masalah-masalah dalam periode bayi
Masalah-masalah yang dapat
membahayakan secara fisik dan perlu menjadi perhatian orang tua dan lingkungannya adalah : kematian, penyakit, kecelakaan, kurang gizi,
menjadi gemuk (obesitas).
Masalah-masalah yang
berhubungan dengan psikologis perkembangan motorik, bahaya dalam berbicara dan
bahaya emosi (kurangnya kasih saying, tekanan serta takut dan marah, kasih
saying yang berlebihan serta emosi yang
kuat) dan bahaya social serta bahaya bermain, pengertian, moralitas, hubungan
keluarga dan perkembangan kepribadian.
2.4 peran lingkungan terhadap perkembangan bayi
Seorang bayi dilahirkan dalam
keadaan tidak berdaya, belum dapat makan tetapi baru
punya reflek menghisap dan menelan. Sebagaimana terlihat pada aspek-aspek
perkembangan, tampak bahwa peranan lingkungan sangat penting sekali.
Keluarga
adalah lingkungan yang pertama dan utama
yang dapat diharapkan :
1. Memberikan rangsangan agar sensormotoriknya dapat
bereaksi.
2. Memperhatikan kesehatan dan gizi karena bayi belum
dapat menolong diri sendiri.
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk
berkembanganya kemampuan bicara.
4. Memberikan model tentang konsep moral dan nilai yang
benar dan salah.
5. Memberikan pujian atas
kemajuan yang mereka capai.
6. Memberikan kebiasaan main yang konstruktif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masa
bayi merupakan masa yang paling rentan dalam pertumbuhan, dan merupakan bagian
penting dari perkembangan manusia. Selama
dalam kandungan bayi telah melewati berbagai proses perkembangan janin. Setelah
lahir, proses perkembangan masih tetap berlanjut. Seorang bayi mengalami
perkembangan pada otak dan fisiknya dengan pesat selama kurang lebih 2 tahun. Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya,
belum dapat makan tetapi baru
punya reflek menghisap dan menelan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar